Skip to main content

Makalah Manusia sebagai makhluk Budaya


download[4]

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Keinginan untuk memberikan ilmu pengetahuan sebanyak-banyaknya kepada pembaca merupakan dorongan bagi penyusun untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya agar pembaca mudah dalam memahami makalah yang penyusun buat ini.
Manusia merupakan makhluk social yang membutuhkan orang lain dalam menjalankan peranan hidupnya dalam kegiatan sehari-hari, dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak luput dengan yang namanya budaya.
Sebagai mana diketahui bahwa kebudayaan mengalami perkembangan secara dinamis seiring dengan perkembangan manusia itu sendiri, dan tidak ada kebudayaan yang bersifat statis.
Sebagian tokoh lain mengatakan kebudayaan adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Masih banyak pendapat dari tokoh-tokoh lain yang akan dimuat dalam makalah ini
B.     BATASAN MASALAH
1.      Pengertian budaya
2.      Perwujudan kebudayaan
3.      Substansi utama budaya
4.      Sifat-sifat budaya
5.      manusia sebagai pencipta dan pengguna kebudayaan
6.      Problematika kebudayaan





BAB II
PEMBAHASAN

A.    PENGERTIAN BUDAYA
Budaya adalah bentuk jamak dari  kata “budi” dan “daya” yang berarti cinta , karsa dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta, budhayah, yaitu benuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa inggris , kata budaya berasal dari kata culture. Dalam bahasa latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah , dan mengerjakan , menyuburkan dan mengembangkan tanah (bertani).
Kemudian pengertian ini berkembang dalam arti culture, yaitu sebagai segala daya dan aktivitas manusia untuk mengolah dan mengubah alam. Pengertian budaya atau kebudayaan menurut beberapa ahli, sebagai berikut:

1)      E.B Tylor (1832-1917), budaya adalah suatu keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan , kepercayaan , kesenian , moral , keilmuan , hukum, adat istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yand didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.
2)      R.Linton (1893-1953), kebudayaan dapat dipandang sebagai konfigurasi  tingkah laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku yang dipelajari, dimana unsur unsur pembentuknya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat lainnya.
3)      Koentjaraningrat (1923-1999), kebudayaan adalah seluruh system gagasan, milik diri manusia dengan belajar.
4)      Selo Soemardjan (1915-2003), dan Soleamen Soemardi Kebudayaan adalah semua hasil karya, rasa, cipta masyarakat.
5)      Herkovits (1985-2003), kebudayaan adalah bagian dari lingkungan hidup yang diciptakan oleh manusia.
Dengan demikian, kebudayaan atau budaya menyangkut keseluruhan aspek kehidupan manusia baik materil maupun nonmaterial. Sebagian besar ahli yang mengartikan kebudayaan seperti ini kemungkinan besar sangat dipengaruhi oleh pandanganan evolusionisme, yaitu suatu teori yang mengatakan bahwa kebudayaan itu akan berkembang dari tahapan yang sederhana menuju tahapan yang lebih kompleks.



B.     PERWUJUDAN KEBUDAYAAN
Beberapa ilmuan seperti Talcot Parson (Sosiologi) dan Al Kroeber (Antropologi) manganjurkan untuk membedakan wujud kebudayaan secara tajam sebagai suatu system. Dimana wujud kebudayaan itu adalah sebagai suatu rangkaian tindakan dan aktivitas manusia yang berpola. Demikian pula J.J.Honingman dalam bukunya The World of Man (1959) membagi budaya dalam tiga wujud, yaitu: (1) Ideas, (2) activities, (3) Artifact. Sejalan dengan pikiran para ahli tersebut, Koentjaraningrat mengemukakan bahwa kebudayaan itu dibagi atau digolongkan dalam tiga wujud, yaitu:
1.      Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
Wujud tersebut menunjukkan wujud ide dari kebudayaan, sifatnya abstrak, tak dapat diraba, dipegang , ataupun difoto, dan tempatnya ada di alam pikiran warga masyarakat di mana  kebudayaan yang bersangkutan itu hidup. Kebudayaan ideal ini disebut pula tata kelakuan , hal ini menunjukkan bahwa budaya ideal mempunyai fungsi mengatur, mengedalikan dan memberi arah kepada tindakan, kelakuan dan perbuatan manusia dalam masyarakat sebagai sopan santun. Kebudayaan ideal ini dapat disebut adat atau adat istiadat, yang sekarang banyak disimpan dalam arsip, tape, dan computer.
2.      Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
Wujud tersebut dinamakan system social, karena menyangkut tindakan dan kelakuan berpola dari manusia itu sendiri. Wujud in bisa diobservasi , difoto, dan didokumentasikan karena dalam system social ini terdapat aktibitas-aktivitas manusia yang berinteraksi dan berhubungan serta bergaul satu dengan yang lainnya dalam masyarakat. Lebih jelasnya tampak dalam bentuk perilaku dan bahasa pada saat mereka berinteraksi dalam pergaulan sehari-haridi masyarakat.
Kesimpulannya, system social ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret dalam bentuk perilaku bahasa.
3.      Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
Wujud yang terakhir ini disebut pula kebudayaan fisik. Dimana wujud budaya ini hampir seluruhnya merupakan hasil fisik (aktivitas perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat). Sifatnya paling konkret dan berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba , dilihat , dan difoto yang berwujud  besar ataupun kecil.
Contohnya: Candi Borobudur (Besar), Kain batik, dan kancing baju (kecil), teknik bangunan , misalnya , cara pembuatan  tembok dan fondasi rumah yang berbeda bergantung pada kondisi.
Kesimpulannya, kebudayaan fisik ini merupakan perwujudan kebudayaan yang bersifat konkret, dalam bentuk materi/artefak.

C.    SUBSTANSI UTAMA BUDAYA
Substansi utama kebudayaan merupakan wujud abstrak dari segala macam ide dan gagasan mauisa yang bermunculan didalam masyarakt yang memberi jiwa kepada masyarakat itu sendiri, baik pandangan hidup, kepercayaan, persepsi, dan etos kebudayaan.
1.      System pengetahuan
Sistem pengetahuan yang dimiliki manusia sebagai makhluk social merupakan suatu akumulasi dari perjalanan hidupnya dalam hal berusaha memahami:
a.       Alam sekitar;
b.      Alam flora di daerah tempat tinggal;
c.       Alam fauna di daerah tempat tinggal;
d.      Zat-zat bahan mentah, dan benda-benda dalam lingkungannya;
e.       Tubuh manusia;
f.       Sifat-sifat dan tingkah laku sesama manusia; dan
g.      Ruang dan waktu
Untuk memperoleh pengetahuantersebut diatas manusia, maka melakukan tiga cara, sebagai berikut :
a)      Melalui pengalaman dalam kehidupan social. Pengetahuan melalui pengalaman langsung ini akan membentuk kerangka pikir  individu untuk bersikap dan bertindak sesuai dengan aturan yang dijadikan pedomannya.
b)      Melalui pengalaman yang diperoleh baik pendidikan formal/ resmi (di sekolah) maupun dari pendidikan non formal(tidak resmi), seperti kursus-kursus, penataran-penataran, dan ceramah.
c)      Melalui petunjuk-pentunjuk yang bersifat simbolis yang sering disebut sebagai komunikasi simbolis.



2.      Nilai
Nilai adalah suatu yang baik yang selalu diinginkan, dicita-citakan dan dianggap penting oleh seluruh manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, sesuatu dikatakan memiliki nilai apabila berguna dan berharga (nilai kebenaran), indah (nilai estetika), baik (nilai moral atau etits), dan religious (nilai agama).
C.Kluchon (1905-1960) mengemukakan, bahwa yang menentukan orientasi nilai budaya manusia di dunia adalah lima dasar yang bersifat universal, sebagai berikut:
a.       Hakikat hidup manusia (MH)
b.      Hakikat karya manusia (MK)
c.       Hakikat waktu manusia (MW)
d.      Hakikat alam manusia (MA)
e.       Hakikat hubungan antar manusia (MM)

3.      Pandangan hidup
Pandangan hidup merupakan pedoman bagi suatu bangsa atau masyarakat dalam menjawab atau mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya. Didalamnya terkandung konsep niali kehidupan yang dicita-citakan oleh suatu masyarakat. Oleh karena itu, pandangan hidup merupakan nilai-nilai yang dianut oleh suatu masyarakat dengan pilih secara selektif oleh individu, kelompok, atau bangsa.
4.      Kepercayaan
Kepercayaan mengandung arti lebih luas dari pada agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Pada dasarnya, manusia yang mimiliki naluri untuk menghambakan diri kepada yang Maha Tinggi, yang dimensi lain diluar diri dan lingkungannya, yang dianggap mampu mengendalikan hidup manusia. Dorongan ini sebagai akibat atau refleksi ketidak mampuan manusia dalam menghadapi tentangan-tantangan hidup, dan hanya yang Maha tinggi saja yang yang mampu memerikan kekuatan dalam mecari jalan keluar dari permasalahan hidup dan kehidupan.



5.      Persepsi
Persepsi atau sudut pandang ialah suatu titik tolak pemikiran yang tersusun dari seperangkat kata-kata yang digunakan untuk memahami kejadian atau gejala dalam kehidupan.
Persepsi terdiri atas: 1)persepsi sensoris, yaitu persepsi yang terjadi tanpa menggunakan salah satu indra manusia; 2) Persepsi telepati, yaitu kemampuan pengetahuan kegiatan mental individu lain; dan 3) persepsi clairvoyance, yaitu kemampuan melihat peristiwa atau kejadian ditempat lain, jauh dari tempat orang bersangkutan.
6.      Etos kebudayaan
Etos atau jiwa kebudayaan (dalam antropologi) berasal dari bahasa inggris berarti watak khas . Etos sering tampak pada gaya perilaku warga misalnya, kegemaran –kegemaran warga masyarakatnya, serta berbagai benda budaya hasil karya mereka, dilihat dari luar oleh orang asing. Contohnya, kebudayaan Batak dilihat oleh orang Jawa, sebagai orang yang agresif, kasar, kurang sopan, tegas, konsekuen, dan berbicara apa adanya. Sebaliknya kebudayaan jawa dilihat orang batak, memancarkan keselarasan, kesuraman, ketengan yang berlebihan, lamban, tingkah laku yang sukar ditebak, gagasan yang berberlit-belit, feudal serta diskriminasi tehadap tingkah social.
D.    SIFAT-SIFAT BUDAYA
Kendati kebudayaan yang dimiliki oelh setipa masyarakat itu tidak sama, seperti di Indonesia yang terdiri atas berbagai macam suku bangsa yang bebeda, tetapi setiap kebudayaan mempunyai ciri sifat yang sama sifat tersebut bukan diartikan secara spesifik, melainkan bersifat universal. Dimana sifat-sifat budaya itu akan memiliki ciri-ciri yang sama bagi semua kebudayan pendidikan, yaitu sifat hakiki yang berlaku umum bagi budaya dimanapun.
Sifat hakiki dar kebudayaan tersebut sebagai berikut:
1.      Budaya terwujud dan resalurkan dari perilaku manusia.
2.      Budaya telah ada terlebih dahulu dar pada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang besangkutan.
3.      Budaya diperlukan oelh manusia dan diwujudkan dalam tingakah lakunya.
4.      Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.

E.     MANUSIA SEBAGAI PENCIPTA DAN PENGGUNA KEBUDAYAAN
Tercipta atau terwujudnya suatu kebudayaan adalah sebagai hasil interaksi antara manusia dengan segala isi alam raya ini. Manusia yang telah dilengkapi Tuhan dengan akal dan pikirannya menjadikan mereka khalifah di muka bumi dan deiberikan kemampuan yang disebutkan oleh Supartono dalam Rafael Raga Maran, (1999:36) sebagai daya manusia. Manusia memiliki kemampuan daya antara lain akal, ntelegensia, dan intuisi; perasaan dan emosi; kemampuan ; fantasi ; dan prilaku.
Dengan seumber-sumber kemampuan daya manusia tersebut, maka nytalah bahwa manusia menciptakan kebudayaan. Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain, kebudayaan ada karena ada manusia penciptanya dan manusia dan hidup ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala ada manusia sebagai pendukungnya. Dialektika ini didasarkan pada pendapat Peter L. Berger (1929), yang menyebutkan sebagai dialektika fundamental. Dialektika fundamental ini terdiri atas tiga tahap: 1) tahap ekternalisasi; 2) Tahap objektivasi; 3) Tahap internalisasi.
Tahap ekternalisasi adalah proses pencurahan diri manusia secara terus-menerus kedalam dunia melalui aktivitas fisik dan mental. Tahap objektifitas adalah tahap aktivitas manusia menghasilkan suatu relita objekitif, yang berada diluar diri manusia. Tahap internalisasi adalah tahap dimana realitas objektif hasil ciptaan manusia diserap oleh manusia kembali. Jadi, ada hubungan berkelanjutan antara realitas internal dengan realitas ekseternal  (Yusdi Ahmad, Makalah, 2006:5).
Kebudayaan mempunyai kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Bermacam-macam kekuatan yang harus dihadapi masyarakat dan anggotanya seperti kekuatan alam maupun materiel. Kebutuhan-kebutuhan tersebut dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri.
Hasil karya manusia menimbulkan teknologi yang mempunyai kegunaan dalam melindungi manusia terhadap lingkungan alamnya, sehingga kebudayaan memiliki peran seagai berikut:
1.      Suatu hubungan pedoman antara manusia atau kelompoknya.
2.      Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan  dan kemampuan-kemampuan lain.
3.      Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia.
4.      Pembeda manusia dan binatang.
5.      Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia harus bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
6.      Pengaturan agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7.      Sebagai modal dasar pembangunan.
Manusia merupakan makhluk yang berbudaya, melalui akalnya manusia dapat mengembangkan kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan. Begitu pula manusia hidup dan tergantung pada kebudayaan sebagai hasil ciptaannya. Kebudayaan juga memberikan aturan bagi manusia dalam mengolah lingkungan dengan teknologi hasil ciptaannya.
Kebudayaan mempunyai fungsi yang besar bagi manusia dan masyarakat, berbagai macam kekuatan harus dihadapi manusia dan masyarakat seperti kekuatan alam dan kekuatan lain. Selain itu, manusia dan masyarakat memerlukan kepuasan baik secara spiritual maupun materiel.
Kebudayaan tersebut sebagian besar dipenuhi oleh kebudayaan yang bersumber pada masyarakat itu sendiri. Hasil karya masyarakat melahirkan teknologi atau kebudayaan kebendaan yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi masyarakat terhadap lingkungan didalamnya.
Dalam tindakan untuk melindungi diri dari lingkungan alam, pada taraf permulaan manusia bersikap menyerah dan semata-mata bertindak didalam batas-batas untuk melindungi dirinya. Keadaan yang berbeda pada masyarakat yang telah kompleks, dimana teraf kebudayaannya lebih tinggi. Hasil karya tersebut yaitu teknologi yang memberikan kemungkinan yang luas untuk memanfaatkan hasil alam buka menguasai alam.
F.     PROBLEMATIKA KEBUDAYAAN
Beberapa problematika kebudayaan antara lain:
1.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan system kepercayaan.
Keterkaitan orang jawa terhadap tanah yang mereka tempati secara turun temurun diyakini sebagai pemberi berkah kehidupan. Mereka terkadang enggan meninggalkan kampong halamannya atau berlebih pola hidup sebagai petani. Padahal hidup mereka umumnya belum begitu bagus.
2.      Hambatan budaya yang berkaitan dengan pervedaan persepsi atau sudut pandang hambatan budaya yang berkaitan dengan perbedaan persepsi atau sudut pandang ini dapat terjadi antara masyarakat dan pelaksana pembangunan. Contohnya, program Keluarga Berencana atau KB semula ditolak masyarakat, mereka beranggapan bahwa banyak anak benyak rezeki.
3.      Hambatan budaya berkaitan degan factor psikoloy atau kejiwaan.
Uapaya untuk mentrasmigrasikan penduduk dari daerah yang terkena bencana alam banyak mengalami kesulitan. Hal ini desebabkan karena adanya kekhawatiran penduduk bahwa di tempat yang beru hidup mereka akan lebih sengsara dibandingkan dengan hidup mereka di tempat mereka yang lama.
4.      Sikap tradisonalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru.
Sikap ini sangat mengagung-agungkan budaya tradisonal sedimikian rupa, yang menganggap hal-hal baru itu akan merusak tatanan hidup mereka yang sudah mereka miliki secara turun-temurun.
5.      Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
Masyarakat daerah-daerah terpencil yang kurang komunikasi dengan masyarakat luar, karena pengetahuannya serba terbatas, seolah-olah tertutup untuk menerima program-program pembangunan.
6.      Sikap etnosentrisme
Sikap etnosentrisme adalah sikap yang mengagungkan budaya suku bangsanya sendiri dan menganggap rendah budaya suku bangsa lain. Sikap semacam ini akan memicu timbulnya kasus-kasus saram yakni pertentangan antara suku, agama, ras, dan antar golongan.
Kebudayaan yang berkembang dalam suatu wilayah seperti Indonesia sebagai Negara kepulauan yang terdiri dari beberapa suku bangsa dan budaya yang beraneka ragam.
Masing-masing kebudayaan itu dianggap sebagai satu ciri khas daerah local. Yang terkadang justru menimbulkan sikan etnosentrisme pada anggota masyarakat dalam memandang kebudayaan orang lain.
Sikap entrosentrisme dapat menimbulkan kecendrungan perpecahan dengan sikap kelakuan yang lebih tinggi terhadap budaya lain.
7.      Perkembangan IPTEK sebagai hasil dari kebudayaan, sering kali disalahgunakan oleh manusia, sebagai contoh nuklir dan bom dibuat justru untuk menghancurkan manusia bukan untuk melestarikan suatu generasi, obat-obatan diciptakan untuk kesehatan tetapi dalam penggunaannya banyak disalah gunakan justru menggangu kesehatan manusia.


BAB III
PENUTUP

A.    SIMPULAN
Dari pembahasan diatas dapat penyusun simpulkan bahwa:
1.      Budaya adalah bentuk jamak dari  kata “budi” dan “daya” yang berarti cinta , karsa dan rasa. Kata “budaya” sebenarnya berasal dari bahasa sansekerta, budhayah, yaitu benuk jamak dari kata budhi yang berarti budi atau akal. Dalam bahasa inggris , kata budaya berasal dari kata culture. Dalam bahasa latin, berasal dari kata colera. Colera berarti mengolah , dan mengerjakan , menyuburkan dan mengembangkan tanah (bertani).
2.      Pewujudan kebudayaan
·         Wujud sebagai suatu kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, dan peraturan.
·         Wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas serta tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat.
·         Wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya manusia.
3.      Substansi utama budaya
·         System pengetahuan
·         Nilai
·         Pandangan hidup
·         Kepercayaan
·         Persepsi
·         Etos kebudayaan
4.      Sifat-sifat budaya
·         Budaya terwujud dan resalurkan dari perilaku manusia
·         Budaya telah ada terlebih dahulu dar pada lahirnya suatu generasi tertentu dan tidak akan mati dengan habisnya usia generasi yang besangkutan.
·         Budaya diperlukan oelh manusia dan diwujudkan dalam tingakah lakunya
·         Budaya mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, tindakan-tindakan yang dilarang, dan tindakan-tindakan yang diizinkan.
5.      Problematika kebudayaan
·         Hambatan budaya yang berkaitan dengan pandangan hidup dan system kepercayaan.
·         Hambatan budaya berkaitan degan factor psikoloy atau kejiwaan
·         Sikap tradisonalisme yang berprasangka buruk terhadap hal-hal baru
·         Masyarakat yang terasing dan kurang komunikasi dengan masyarakat luar.
·         Sikap etnosentrisme
·         Perkembangan IPTEK

B.     SARAN
Budaya merupakan suatu hal yang berkembang seiring dengan perkembangan manusia sebagai subjeknya,dengan demikian alangkah baiknya seiring dengan perkembangan zman kita turut menjaga kelestarian budaya dan ilmu pengetahuan yang yang terus berkembang tidak menjadi pemusnah bagi kebudayaan itu sendiri.
Dan alangkah baiknya pula sebagai subjek dari budaya kita pandai memilh dan memilih hal manan yang perlu kita terima dan mana yang tidak perlu kita jalankan sebagai budaya.


DAFTAR PUSTAKA

Elly M, Setiadi dan Effendi, Ridwan.2006. Ilmu Sosial Budaya Dasar.
     Bandung: KENCANA


Comments

Popular posts from this blog

CHINA SISTEM PEMERINTAHAN DAN BENTUK NEGARA

DOSEN PENGASUH : KHOTAMI, S.Sos., M.Si MATA KULIAH : PEMERINTAHAN NASIONAL BENTUK NEGARA DAN BENTUK PEMERINTAHAN NEGARA CHINA DIGO ANUGRAH 167310640 YOGA UTOMO 167310664 JANUANTO 167310626 LIRA FITRIANI 167310670 INDAH NURMALA 167310682 RESKI MULANA 167310678 VIA MEISELLY 167310689 NANDIO MULIA 167310679 VIVI FITRIANI 167310668 M. HAFIS 167310666 DEDRI YANTO 167310620 PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS ISLAM RIAU TAHUN AJARAN 2016/2017 BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang China merupakan sumber peradaban bagi banyak bangsa yang hidup di Asia Timur, seperti Korea, Jepang dan Vietnam yang berada dalam lingkaran budaya China. Namun tidak sampai di sana saja pengaruh China, karena pancaran cahaya peradaban tersebut juga mencapa

Isi dan Sistematika Al-quran

Al-quran yang menjadi sumber nilai dan norma umat Islam itu terbagi ke dalam 30 juz (bagian), 114 surah (surat:bab) lebih dari 6000 ayat, 74.499 kata atau 325.345 huruf (atau lebih tepat dikatakan 325.245 suku kata kalau dilihat dari sudut pandang bahasa Indonesia). Al-quran tidak disusun secara kronologis. Lima ayat pertama diturunkan di gua Hira’ pada malam 17 Ramadhan tahun pertama sebelum Hijrah atau pada malam Nuzulul Quran ketika Nabi Muhammad berusia 40-41 tahun, sekarang terletak di surat al-Alaq (96):1-5. Ayat terakhir yang diturunkan di padang Arafah, ketika Nabi Muhammad berusia 63 tahun pada tanggal 9 Zulhijjah tahun ke-10 Hijriah, kini terletak di surat Al-maidah (5):3. Al-quran yang terdiri dari 30 Juz , 114 surah, 6326 ayat itu, sistematikanya ditetapkan oleh Alla sendiri melalui malaikat Jibril yang disampaikan kepada RasulNya Muhammad. Allahlah yang menentukan kemana ayat yang turun kemudan disisipkan di antara ayat yang turun lebih dahulu. Sistematikanya

demokrasi indonesia 1965-1998

  BAB I   PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kita mengenal bermacam-macam istilah demorasi. Ada yang dinamakan demokrasi konstitusional, demokrasi parlementer, demokrasi Terpimpin, demokrasi pancasila, demokrasi rakyat, demokrasi soviet, demokrasi nasional, dan sebagainya. Semua konsep ini memakai istilah demokrasu yang menuru asal kata berarti rakyat berkuasa atau government by the people (kata yunani demos berarti rakyat, kratos/kratein berarti kekuasaan atau berkuasa). Sesudah perang dunia II kita melihat gejala bahwa secara formal demokrasi merupakan dasar dari kebanyakan Negara di dunial menurut suatu peneleitian yang diselenggarakan oleh UNESCO dalam tahun 1949 maka: “mungkin untuk pertama kali dalam sejarah demokrasi dinyatakan sebagai nama yang paling baik dan wajar untuk semua system organisasi politik dan social yang diperjuangkan oleh pendukung-pendukung yang berpengaruh. Akan tetapi UNESCO juga menarik kesimpulan bahwa ide demokrasi dianggap am